Beranda » PNIB Mengutuk Keras Aksi Pembubaran Mahasiswa Katolik di Tangsel

PNIB Mengutuk Keras Aksi Pembubaran Mahasiswa Katolik di Tangsel

SURABAYA, PERISTIWAONLINE.COM – Aksi pembubaran kegiatan beribadah yang dilakukan oleh sekelompok orang di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dikecam Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB).

Organisasi kemasyarakatan lintas agama, Suku, Budaya dan kebhinekaan PNIB menuntut pihak aparat mengusut tuntas insiden yang berpotensi memecah belah persatuan, kesatuan dan kerukunan hidup antar umat beragama.

‘Oknum RT tidak paham tentang perbedaan antar umat beragama atau jangan-jangan dia beraliran Wahabi yang anti agama lain? Ibadah doa Rosario dilakukan di dalam rumah, khusuk dan tidak berisik apalagi memakai pengeras suara.

“Kalau ada yang merasa terganggu, bisa jadi iman mereka justru sedang bermasalah,’ ujar AR Waluyo Wasis Nugroho yang biasa disapa Gus Wal selaku Ketua Umum PNIB kepada awak media, Selasa (7/5/2024).

Menurut Gus Wal, aksi intoleransi yang cukup mengejutkan tidak lepas dari masih menjamurnya paham Wahabi dan Khilafah di sekitar kita.

PNIB yang selama ini konsisten melawan gerakan pemecah belah kerukunan dan keharmonisan bangsa tersebut terus mengingatkan masyarakat akan bahaya laten kelompok-kelompok intoleransi tersebut.

“Meskipun Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, namun undang-undang mengamanatkan kita bukan negara Islam”, kata Gus Wal .

Indonesia negara Berbhineka Tunggal Ika yang mengakui keberadaan agama lain hidup berdampingan saling menghargai.

Usai demokrasi kita yang tercabik-cabik setelah Pemilu 2024 yang amburadul, kita kembali berhadapan dengan kelompok sarapatigenah yang masih bebas berkeliaran, memprovokasi warga yang tidak paham duduk persoalan untuk membenci warga lain atas nama agama.

“Ini menjadi catatan penting bagi kita semua kita seolah sedang diadu domba oleh fanatisme yang berlebihan dan cenderung mengarah pada radikalisme. Tetapkah kita tinggal diam melihat itu semua?” tegas Gus Wal bernada geram.

Lebih lanjut Gus Wal menegaskan, Kesigapan aparat menindak pelaku intoleransi diharapkan ketegasannya. Apapun alasannya tindakan pembubaran sepihak kegiatan peribadatan tetaplah sebuah pelanggaran hukum. Jika dibiarkan niscaya akan memicu aksi-aksi serupa di daerah lain.

Jika upaya damai dilakukan hanya bermodal meterai, maka tidak akan membuat jera otak pelakunya.

Aksi arogansi mereka telah membahayakan keutuhan bangsa. Kita mesti ingat, aksi terorisme selalu berawal dari aksi intoleransi kepada kelompok lain dengan alasan perbedaan keyakinan.

Terorisme dan radikalisme akan selalu tumbuh dan berkembang sepanjang aksi intoleransi tidak ditindak tegas.

Sepuluh pelaku terorisme yang berhasil ditangkap, pada kenyataannya telah melahirkan 100 pelaku intoleransi yang dibiarkan melakukan tindakan.

Kaum Wahabi, khilafah dan terorisme, tempat kalian bukan di Indonesia meskipun telah kalian acak-acak,
karena kalian akan berhadapan dengan PNIB dan masyarakat lain yang masih mencintai kebhinekaan dan indahnya perbedaan yang hidup berdampingan.

“Perkuat moderasi beragama, dukung penuh Densus 88, Polri dan TNI tutup dan ambil alih semua lembaga sosial dan pendidikan yang beraliran wahabi Khilafah yang nyata nyata merupakan cikal bakal dan bibit intoleransi, Radikalisme, Separatisme, Terorisme yang akan mengancam dan membahayakan keselamatan rakyat dan bangsa Indonesia”, tutup Gus Wal mengakhiri pernyataannya.

Sebagaimana diketahui, aksi pembubaran ibadah itu terjadi di wilayah Pamulang pada Minggu (5/5/2024). Oknum RT memprovokasi warganya untuk membubarkan kegiatan doa Rosario sejumlah mahasiswa di kediamannya.

Sempat terjadi aksi pemukulan oleh sejumlah warga kepada mahasiswa Universitas Pamulang usai mereka menyelesaikan acara doa.

Bahkan salah seorang warga ada yang terbukti membawa senjata tajam saat terjadi keributan dikawasan pemukiman tersebut. (HAN)

 

 

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KEATAS