JAKARTA, PERISTIWAONLINE.COM – Ketua DPP PDIP Said Abdullah menyebut pilihan sikap dan arah politik PDIP setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK), ditentukan oleh Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Ungkapan itu sekaligus menanggapi pendapat Airlangga Pribadi dari Universitas Airlangga. Said secara khusus merespons pandangan terkait pentingnya keseimbangan politik dan atau kebersamaan politik bersama pemerintah ke depan menghadapi tantangan global yang semakin tidak menentu.
“Atas masukan itu tentu akan menjadi pertimbangan jajaran DPP PDIP, khususnya Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Sebab kewenangan tentang arah politik PDI Perjuangan ditentukan oleh Ibu Ketua Umum. Dan, beliau tentu saja akan mendapatkan masukan dari jajaran DPP partai dan lintas tokoh,” ujar Said dalam keterangannya, Jumat (26/4/2024).
Said berpandangan ada dua agenda internal dan eksternal untuk meningkatkan kualitas demokrasi elektoral yang harus ditempuh oleh PDIP ke depan.
Terkait agenda internal, menurut Said, PDIP yang perlu ditingkatkan antara lain peningkatan kualitas kader PDIP di semua tingkatan lewat kaderisasi berjenjang, memantapkan konsolidasi ideologi, organisasi, program, sumber daya dan kader.
Lebih lanjut, said menyebut agenda eksternal lebih banyak lagi langkah-langkah yang diperlukan. Pertama, mengevaluasi total atas pelaksanaan pemilu legislatif dan eksekutif, khususnya atas pelaksanaan Pemilu 2024 sebagai titik pijak perubahan atas Pemilu 2029 agar proses demokrasi elektoral berjalan lebih berkualitas.
“Evaluasi atas pelaksanaan Pemilu 2024 setidaknya telah dituangkan dalam sikap politik DPP PDIP tertanggal 22 April 2024,” sebut Said.
Kedua, praktik pemilu yang transaksional, membuat ongkos politik menjadi sangat mahal. Mereka yang lulus elektoral membutuhkan biaya politik yang besar, akibatnya tidak semua kader PDIP yang ideologis dan memahami karakter dan watak kepartaian bisa menghadapi keadaan ini.
Oleh sebab itu, menurut Said, PDIP tidak surut untuk memperjuangkan pemilu dengan proporsional tertutup yang dibarengi dengan reformasi partai politik yang lebih modern, meletakkan kaderisasi sebagai merit politik.
Ketiga, kebersamaan atau gotong royong seperti yang ditegaskan oleh Airlangga Pribadi adalah cerminan jiwa bangsa.
“Dengan gotong royong, kita bisa melalui pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi lebih kuat. Hal itu pelajaran penting buat kita sebagai bangsa,” jelas Said.
Keempat, mengajak semua elemen bangsa, terutama para pemangku kepentingan strategis pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak November 2024 mendatang untuk menjaga demokrasi elektoral lebih baik dari pemilu.
Dengan demikian, kata Said, pilkada ke depan tidak digantikan dari pertarungan gagasan dan rekam jejak menjadi pertarungan uang dan kekuasaan.
“Kita harus letakkan pilkada sebagai modal rekrutmen berjenjang kepemimpinan nasional. Oleh sebab itu, kita membutuhkan proses itu berjalan berkualitas,” tegas Said yang juga Ketua Badan Anggaran DPR RI ini. (WAN)